Rabu, 15 September 2010

Inilah Lokalisasi PSK Terbesar di Batam !


Sisi Lain Lokalisasi Sintai di Malam Takbiran

Beduk Maghrib di penghujung bulan Ramadan baru saja selesai. Di sela gema suara takbir berkumandang di seantero Batam, jalan raya mulai dibanjiri oleh pengendara motor dengan sejuta aktifitas masing-masing. Tak terkecuali di Lokalisasi Teluk Pandan, atau yang sering disebut Lokalisasi Sintai. Meski belum menunjukkan aktifitas yang mencolok, namun geliat kegiatan di sana masih ada.

Di Pusat Rehabilitasi Non Panti Teluk Pandan itu, beberapa menit memasuki kawasan tempat hiburan dengan julukan Negeri 1001 Malam itu, nampak beberapa bangunan bar masih lengang. Bahkan beberapa di antaranya masih tersegel tulisan, "libur" lantaran penghuninya pulang kampung.

Setelah sebelumnya disambut dua petugas sekuriti kawasan dengan sodoran tiket masuk yang dibandrol tiga ribu rupiah di pos penjagaan, sang satpam pun langsung menyilahkan para pengunjung memasuki kawasan tersebut. Menyusuri jalan raya selebar 3 meter di lokasi itu, tak banyak nampak para pekerja seks komersial (PSK) yang nampang. Maklum, sebagian besar diantara mereka memasuki bulan Ramadan langsung menjalani ritual mudik ke kampung halaman masing-masing. Apalagi surat edaran pemerintah yang mewajibkan tempat hiburan malam (THM) melakukan buka-tutup sesuai dengan jam yang sudah ditentukan selama bulan puasa. Praktis aktifitas esek-esek pun harus tersendat-sendat, hingga membuat para PSK bekerja ekstra keras, mengais rupiah.

Seperti dikatakan Jali, salah seorang pembina di Pusat Rehabilitasi Non Panti Teluk Pandan dalam acara peresmian Masjid Nurul Iman yang diresmikan Walikota akhir Agustus, menghadapi Bulan Suci Ramadan hampir sebagian besar PSK penghuni di sana memilih mudik. Jika sebelumnya seluruh PSK yang ada sekitar 300-an orang, dan sisanya mungkin ada 100-an orang yang memilih tak pulang kampung.

Kembali ke suasana malam takbiran di Sintai, masuk ke lokasi lebih dalam, suasana terlihat masih sepi. Berbeda dengan hari biasa, dentuman suara house music, nyaris tak terdengar dari dalam bar yang pintunya masih menganga. Hanya suara takbir yang berkumandang di Masjid Nurul Iman yang ada dalam kawasan yang dikelilingi perusahaan galangan kapal tersebut.

Remaja Buru PSK
Sekitar pukul 23.00 WIB, suasana makin hiruk-pikuk terdengar setelah serombongan kendaraan bermotor memasuki kawasan bar. Tanpa tunggu lama, para lelaki hidung belang itu pun segera beraksi, dengan menyusuri jalan aspal ke tiap blok bar yang masih buka untuk mengencani PSK. Saat tiba di blok bar yang menghadap ke barat, suasana makin ramai saat beberapa PSK yang sedang duduk di depan teras bar, langsung melakukan persiapan dengan berada di tengah jalan. Dengan gayanya masing masing, para PSK itu mendatangi pengendara motor yang kebanyakan remaja berusia 20-an tahun.

Di sebuah bar yang menghadap ke utara, selain tak ada dentuman musik, juga tak ada pernik lampu yang biasa terpasang. Penerangan lampu di depan pintu masuk dibuat redup, hingga suasananya pun seperti tak berpenghuni. Namun, saat menyapu pandang ke sekeliling bar, setidaknya ada empat hingga enam PSK yang tengah asyik bercanda ria dengan sesama pekerja seks lainnya sambil menghisap rokok.

Di antara kerumunan perempuan itu, nampak sesosok perempuan terlihat sedang menerima pembicaraan dengan seseorang dari ponselnya di atas kursi yang ada di bawah pohon setinggi 3 meter. Seperti tak mempedulikan suasana sekitar, pembicaraan melalui hape itu terus mengalir diiringi tawa si cewek yang malam itu mengenakan stelan kaus putih dipadu celana jins sebatas paha.

Seperti sudah menjadi hal lazim dilakukan, sambil menunggu para lelaki hidung belang yang sengaja datang ke sana, para PSK mempunyai cara sendiri untuk mengusir kepenatan saat menunggu 'tamu'. Beberapa orang di antaranya memilih berada "di ruang" tunggu. Enggan keluar sarang lantaran waktu juga yang masih "sore".

Lebih dari setengah jam, saat sosok wanita yang dari tadi asyik bertelepon itupun menutup ponselnya. "Ayo bang masuk, kalo di luar nggak enak," ujar Nana (bukan nama sebenarnya). Tanpa diminta, si cewek bertubuh tambun itupun langsung nangkring di atas jok motor.

Jurus rayuan maut pun mulai dilancarkan dengan menawarkan menenggak minuman beralkohol. "Ya kalo nggak mau short time dulu (kencan kilat satu jam) kita minum aja bang," ujarnya. Entah sudah berapa batang rokok yang sudah disulut Nana, wanita berpotongan cepak itu kembali menyalakan rokoknya. "Untuk bayar uang makan, dan jajan lebaran," jawab Nana saat ditanya alasan masih menjajakan dirinya meski menjelang lebaran.

Dalam sebulan, ia mengaku harus menyisakan penghasilannya untuk memenuhi kewajiban selama "bekerja" ikut sang mami. Sesudah beres urusan keuangan yang menyangkut akomodasinya , barulah ia mulai memikirkan hal yang membuatnya 'senang'. "Belum sempat kepikiran beli baju, anak di kampung juga belum dikirim," sekali lagi Nana menghembuskan asap rokok kreteknya.

Untuk menambah penghasilannya, Nana mengaku tak jarang menerima ajakan untuk kencan di luar. Namun tentunya untuk bisa kencan di luar dengan Nana, si lelaki hidung belang mesti merogoh kocek agak dalam. Pasalnya selain ada uang jalan kepada sang mami, itu untuk menjamin dan menjaga keselamatan para PSK itu sendiri.
"Paling tinggalin KTP, terus kasih uang jalan, yang penting pagi diajak, jam 3 sore balikin lagi ke sini. Mau dibawa kemana saja nggak masalah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar