Sabtu, 25 Desember 2010

Alasan Pria Suka Ketempat Pelacuran !

Waktu jalan-jalan di pameran buku, saya melihat sepintas buku setebel 3 cm-an berjudul WHY MEN LIKE BITCHERS. Judulnya sudah berbicara dengan sangat keras dan jelas. Mengapa para pria pada suka pelacur? Yang jelas artinya bukan suami-suami pada suka melacur beneran, tapi suami-suami suka isteri-isteri yang memperlakukan mereka seperti pelacur memperlakukan client mereka. Mereka diperlakukan dengan istimewa seperti seorang tamu, dilayani dengan segenap hati, sekuat tenaga disertai kegairahan, memenuhi kebutuhan, selalu stand by, melayani sesuai permintaan, tidak pernah mengeluh.


Saya nggak perlu baca isinya, tapi saya yakin judul itu akan sangat menolong para isteri-isteri! If I were a wife, I'll definitely buy that book! Beneran, kalau saya seorang isteri saya harus beli buku itu, saya rasa itu harus jadi buku panduan para isteri untuk belajar gimana "jadi pelacur" untuk suami mereka (jika isteri-isteri sadar akan kekurangan mereka, keteledoran mereka dalam melayani suami, kekurang-pedulian mereka terhadap perasaan dan keinginan suami mereka, dan jika para isteri ini mau mengubah keadaan pernikahan mereka yang sudah pada hambar). 



Coba lihat penampilan pelacur, mereka bersolek, pake baju minim, pake parfum "keterlaluan" wangi, seksi, mempesona, menggairahkan, genit, menggoda! Lalu si pria yang diperlakukan begitu tentunya nggak mau cepet-cepet ilang kesempatan, jadi dinikmati sepuasnya, maunya disenangkan lama-lama, nggak mau rugi, bo.


Banyak isteri-isteri yang mengeluh kepada saya katanya suami mereka menurutnya udah nggak cinta lagi, mereka merasa diperlakukan seperti sex-doll aja atau sex-slave. Kalau "main" maunya cepet-cepet, kalau "ngajak" suka buru-buru atau quicky, kalau udah "gituan" langsung mendengkur.


Nah, gantian pria-pria juga memberikan jawabannya, katanya justru isteri mereka yang nggak ngertiin mereka, tiap-tiap harinya mukanya cemberut dan sikapnya nggak manis, kalau pas "main" nggak pernah mengeluarkan perkataan yang membangkitkan; kalau "gituan" nggak mesra, nggak romantis, nggak ekspresif. Pake daster melulu, nggak berdandan menarik, wangi, atau menggairahkan. 


Hari-harinya cuman ngurus pekerjaan dan anak melulu tanpa menjadikan suami mereka figur istimewa yang dibutuhkan, dilayani dengan sepenuh hati. Melayani cuman karena memenuhi keinginan suami, setengah hati, ogah-ogahan, maunya cepet selesai. Masih disertai mulutnya yang kalau nyemprot pedesnya sampai nusuk ke tulang-tulang, sehingga mematikan gairah seks pria. Jadi akhirnya sang suami-suami ini juga tidak merasakan kenyamanan dalam berhubungan. Para isteri pikir suami mereka nggak punya perasaan, sehingga kalau ngomong asal keluar, nggak dipikir, sehingga terbawa juga sampai dalam ati dan perasaan pahitnya terbawa sampai di ranjang.


Akhirnya para pasangan-pasangan ini merasa hambar dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Mereka saling bertanya dalam hati: "Dimanakah romantika cinta itu?" "Apakah aku telah menikahi orang yang salah?" "Apakah Tuhan sebenarnya sudah mempersiapkan orang lain untuk menikahiku?" "Apakah aku harus bercerai?"


Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering diajukan oleh pasangan-pasangan saat mereka masuk dalam gejolak rumah tangga, saat romantika bercinta kelihatannya sudah padam dan tidak mungkin dibangkitkan kembali.


Anda tidak menikahi orang yang salah! Coba ingat bagaimana Anda meluap-luap dengan perasaan cinta yang membara, bagaimana Anda tidak peduli dengan larangan orang tua, bagaimana tiap hari Anda tidak sabar untuk berkencan dengannya, tidak tahan ingin menggandeng tangannya, tidak sabar menanti hari pernikahan, tidak sabar menanti para tamu undangan pulang ke rumah mereka agar Anda masuk ke dunia fantasi hanya berdua dengannya tidak ada yang lain?


Kemudian datanglah rutinitas rumah tangga yang mengambil keintiman kalian berdua. Seharusnya Anda harus "waspada" dengan kehadiran anak-anak dan urusan dengan mereka sehari-hari, waspada terhadap aktivitas rumah tangga yang menyita jam-jam keintiman Anda, pekerjaan yang menyita, kebutuhan uang yang tidak lebih penting daripada keintiman berdua, kebiasaan kenyamanan berdua yang seharusnya dipertahankan agar tidak menjadi suatu kebiasaan rutin yang membosankan.


Pernikahan membutuhkan ekstra pekerjaan! Jika Anda ingin mendapatkan kepuasan istimewa dari suatu hubungan, Anda harus mengerjakannya dengan baik pula. Sebagaimana Anda ingin menjadi sukses di dunia bisnis, Anda akan melakukan segalanya untuk mencapai target itu dengan segenap kekuatan Anda, mendobrak halangan-halangan yang menghadang, menyingkirkan waktu-waktu lain yang tidak terlalu berharga dibanding dengan kesuksesan, dan berjuang melakukan segalanya agar cita-cita Anda yang satu ini dapat diraih.


Apalagi jika Anda ingin memperoleh pernikahan "five star", Anda harus menyajikan menu high class, membuat tempat tidur berkelas hotel bintang lima, menyajikan service yang memuaskan dan menghormati client Anda selayaknya yang patut diterima oleh seorang yang datang dengan mengharapkan pelayanan high class. Jika Anda menyediakan menu five star, maka Anda layak mendapatkan upah yang seimbang, yaitu pernikahan five star!


Isteri-isteri, jangan lupa, "be a bitch" for your husband!" Jangan takut ditertawakan, jangan takut memulainya, jangan malu menyatakannya, jangan malu untuk menggodanya, jangan gengsi untuk melayaninya, lakukanlah lebih baik daripada sebelumnya. Anda segera akan mendapatkan tip tinggi dan "client" Anda akan suka berkunjung dan menjadi pelanggan tetap di "hotel" Anda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar