(Vibiznews - Business) - Mungkin Anda telah mengetahui Singapura merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki tingkat perekonomian yang makmur di wilayah Asia. Strategisnya wilayah negara tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai wilayah transit bagi para pelaku perdagangan di dunia ini. Kondisi tersebut belum lagi ditambah oleh baiknya tingkat sumber daya manusianya yang selalu dijadikan kekuatan utama Singapura dalam membangun perekonomiannya guna menjadikan salah satu negara dengan tingkat GDP terbesar di Asia.
Dengan positifnya trend pertumbuhan ekonomi Singapura, maka tidak heran jika negara tersebut merupakan tujuan investasi paling utama dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan Asia Tenggara. Tingkat pengangguran di negara tersebut juga dilaporkan berkisar antara 3-4% berdasarkan data tahun lalu. Baiknya kondisi sektor rill tersebut juga diiringi oleh positifnya performa sektor moneter dengan makin membaiknya posisi nilai tukar dollar Singapura terhadap dollar AS, meski pada akhir - akhir ini dollar AS mengalami rally terhadap mata uang mayoritas.
Pada pekan lalu (20/08), Forbes telah merilis daftar 40 orang terkaya di Singapura. Total kekayaan yang terkumpul dari 40 orang tersebut mencapai 32 miliar dollar AS (Rp67.2 triliun). Pada survey tersebut kita dapat mengetahui bahwa banyak dari konglomerat tersebut merupakan sosok yang telah dikenal oleh publik Singapura, karena menguasai berbagai macam sektor ekonomi di Singapura maupun negara - negara kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia, Indonesia maupun Thailand. Di antara deretan 40 orang terkaya Singapura tersebut yang didominasi oleh kaum pria yang sudah berumur, terdapat sosok wanita yang relatif muda bernama Olivia Lum pada posisi ke-17. Meski bukan satu-satunya wanita di daftar tersebut, namun Olivia praktis di urutan yang tertinggi dibandingkan para wanita kaya lainnya. Disamping itu sosok maupun perjuangannya yang berangkat dari bawah menarik untuk kita simak.
Yatim Piatu Miskin yang Menjadi Ahli Kimia
Olivia Lum lahir di Kampar, Perak, Malaysia tahun 1961. Ia hijrah ke Singapura di saat umur 15 tahun, melanjutkan sekolah di Singapura dan akhirnya meneruskan pendidikannya di National University of Singapore dengan mengambil jurusan kimia. Setelah lulus dari NUS, ia tidak langsung terjun ke dunia kerja, akan tetapi sebagai awal dari perjalanan hidupnya ia merangkap sebagai karyawan atau pegawai honorer di NUS. Setelah berumur 28 tahun, ia akhirnya bekerja sebagai ahli kimia di perusahaan yang bernama Glaxo Pharmaceutical. Bermula dari langkah tersebutlah yang menjadi titik awal keberhasilan dirinya menjadi salah satu konglomerat di Singapura.
Olivia dilahirkan pada keluarga yang kurang mampu. Hal ini terlihat pada saat Olivia kecil berada di Malaysia sebelum ia hijrah ke Singapura. Kedua orang tuanya sampai saat ini tidak jelas keberadaannya, hingga suatu saat ia diadopsi oleh seorang nenek tunawisma di wilayah Kampar. Sejak saat itu Olivia kecil hidup dalam kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh nenek tersebut merupakan pengangguran dan tidak berpenghasilan sehingga hutang-hutangnya pun semakin lama semakin besar. Selain pengangguran, nenek tersebut merupakan seorang penjudi. Guna meringankan beban ekonomi, Olivia bersedia berjualan makanan disaat duduk di bangku Sekolah Dasar. Semakin besarnya lilitan hutang semakin mendorong Olivia dan Ibu angkatnya tersebut terpaksa meninggalkan Malaysia.
Sukses di Bisnis Air Mineral
Setelah sempat menjalani pengalaman selama 4 tahun di perusahaan kimia, Glaxo Phamaceutical. Akhirnya ia meninggalkan karirnya tersebut guna beralih kepada bisnis air mineral yang menjadi cita-citanya sejak di bangku kuliah dulu. Pada tahun 1989 perusahaan mineral yang dibentuknya kala itu bernama Hyflux, perusahaan yang berfokus kepada penyediaan jasa air mineral. Dengan modal awal sebesar 20.000 dollar Singapura, hasil menjual mobil dan apartemennya, ia memberanikan memulai bisnis tersebut dari sejak awal. Langkah ini emrupakan sebuah pijakan yang tepat dan cenderung revolusioner, mengingat pada saat itu belum ada perusahaan swasta yang berkecimpung didalam industri air mineral, meski secara regulasi telah diperbolehkan.
Setelah 10 tahun berdiri hingga pada tahun 2000. Hyflux telah berhasil menguasai pasar industri air mineral di Asia, dimana segmentasi pasarnya mencoba untuk menggali segmen konsumen kelas atas. Kunci sukses Olivia dalam mengelola bisnisnya ialah ia tidak sungkan – sungkan berkecimpung langsung pada proses produksi, salah satunya disaat Hyflux membuat percobaan daur ulang air guna dijadikan air minum pada tahun 2001 lalu. Hasil usahanya tersebut membuahkan penghargaan bagi Hyflux sebagai perusahaan air mineral pertama di Singapura yang mampu mendaur ulang air guna dijadikan sebagai air minum.
Pada tahun 2005, tingkat keuntungan bersih atau profit yang diperoleh Hyflux telah mencapai angka 240 juta dollar AS (Rp2.2 triliun), sedangkan total asset yang dimilikinya sebesar 1 miliar dollar Singapura (Rp6.5 triliun), dengan total pekerja mencapai 800 orang.
Aktif di Bidang Sosial dan Lingkungan
Selain sebagai pengusaha, Olivia Lum juga tercatat sebagai Presiden Asosiasi Air Bersih Singapura (SAW). Ia saat ini juga menjabat sebagai Ketua Komite Singapore Green Plan 2012. Atas jasa – jasanya tersebut maka ia dianugerahkan sebagai juara Global Female Invent and Innovate Award pada tahun 2004.
Empat Urutan Konglomerat Teratas
Dari daftar 40 orang terkaya Singapura menurut Forbes terakhir itu, di barisan empat besar, urutan pertama oleh Ng Teng Fong, dengan total kekayayaan sebesar 7 miliar dollar AS (Rp 63 triliun). Urutan kedua diisi oleh Keluarga Khoo yang menguasai sektor perbankan, salah satunya Standard Chartered Bank dimana ia memiliki mayoritas saham. Total kekayaan yang ia miliki sebesar 6,1 miliar dollar (Rp 54,9 triliun). Bankir terkemuka, Wee Chow Yaw berhasil menduduki posisi ketiga denga total kekayaan sebesar 3,6 miliar dollar AS (Rp 32,4 triliun). Sedangkan di posisi keempat diisi oleh Zhong Seng Jian yang memiliki kekayaan sebesar 1,8 miliar dollar AS (Rp 16 triliun).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar