Dari jaman dahulu sampai sekarang televisi menjadi pesona tersendiri bagi penontonnya.Televisi berhasil mengikat penontonnya dengan menciptakan sebuah kehidupan lain berbatas layar kaca.Dan layar kaca secara ajaib akan memanjakan petualangan mata yang tak ada habisnya.Ada kegembiraan,keindahan,kesedihan dan beraneka kejadian yang ditata apik dalam sebuah pertunjukan.
Maka tidaklah mengherankan kalau kesempatan tampil di layar televisi adalah sebuah hal yang langka dan sangat dinantikan.Belasan tahun silam,sepulang dari mengikuti acara di sebuah instansi,ayah saya bercerita bahwa acara yang diikuti tadi diliput stasiun TVRI Yogya.Maklum saja stasiun TVRI jaman baheula senang menayangkan acara seremonial di acara berita daerah.Keikutsertaan beliau adalah karena sekolah yang beliau pimpin kebetulan mendapat bantuan subsidi dari pemerintah.
Dan sore itu,tepat pukul 18.30,saat dimulainya acara berita daerah,berkumpullah kami sekeluarga di depan televisi.Jangan dibayangkan pesawat televisi jaman dahulu bentuknya seperti pesawat televisi jaman sekarang.Pesawat televisi waktu itu dijual sekalian kotak tvnya.Jadi meskipun cuma berlayar 14 inchi,televisi itu nampak besar dengan kotak kayu yang membungkusnya.Dan benar,setelah seperempat jam lebih kami menunggu,acara yang diikuti ayah saya pun muncul dalam berita.Hanya sepersekian detik wajah beliau muncul di layar televisi,namun itu rupanya tidak mengurangi kegembiraan kami.Setelah itu,kemunculan ayah saya di layar televisi menjadi topik yang tak bosan-bosannya kami bicarakan.Oalah…..dasar wong ndheso….
Ternyata kegembiraan karena masuk televisi bukan cuma milik wong ndheso saja.Belum lama berselang,sebuah pesan pendek masuk di handphone saya,”Sha…..aku masuk tv,jangan lupa tonton si geulis di acara padamu negeri, metro tv tgl 9 nov”.Saya tertawa pendek membacanya,teman saya dengan PD nya menyebut dirinya si geulis.Meski harus diakui,di penghujung usia yang mendekati bilangan 30, teman saya ini tetap cantik dengan tatapan mata yang sangat memikat.Rupanya keaktifannya di kepengurusan sebuah klub kendaraan bermotorlah yang membawanya ke acara tersebut.Entah karena lupa atau karena pada waktu itu masih suasana silaturahmi lebaran ke sanak saudara,yang jelas malam itu saya tidak sempat menyaksikan acara tersebut.Untungnya teman saya tidak lagi menanyakan,apakah saya menyaksikan acara tersebut atau tidak.
Banyak tujuan masuk televisi.Ada yang sekedar untuk kegembiraan ,seperti teman saya tadi.Namun ada juga yang masuk televisi memang diniatkan untuk mencapai target-target tertentu.
Ada hal yang membuat hati trenyuh.Dalam sebuah acara “Asal”,acara yang menampilkan orang yang mempunyai kemiripan dengan artis atau tokoh tertentu,tampillah seorang petani miskin dari sebuah daerah Jawa Tengah.Petani tersebut mempunyai kemiripan wajah dengan pedangdut senior Meggi Z.Ketika presenter menanyakan motivasinya masuk “Asal”,petani itu menjawab bahwa motivasinya adalah ingin terkenal dan meningkatkan taraf hidupnya.Sama juga dengan seorang wanita tuna netra yang mengikuti ajang kontes penggila dangdut yang diadakan salah satu stasiun televisi swasta,motif yang kurang lebih sama dengan bapak petani pun dia kemukakan.
Sangat manusiawi dan sangat wajar setiap orang mempunyai cita-cita dan memelihara harapan.Televisi memang telah menciptakan sebuah dunia yang sangat menggiurkan karena keglamourannya.Televisi juga telah menebarkan jaring pemikat akan mudahnya mencari uang.Maka kalau bapak petani pun sampai mengikuti sebuah kontes di televisi,itu karena daya pikat dari televisi yang luar biasa.Ketenaran,kemewahan,limpahan materi begitu indah menghiasi layar kaca kita setiap hari.Indonesia yang kaya raya ternyata ada di televisi.
Maka tidaklah mengherankan kalau kesempatan tampil di layar televisi adalah sebuah hal yang langka dan sangat dinantikan.Belasan tahun silam,sepulang dari mengikuti acara di sebuah instansi,ayah saya bercerita bahwa acara yang diikuti tadi diliput stasiun TVRI Yogya.Maklum saja stasiun TVRI jaman baheula senang menayangkan acara seremonial di acara berita daerah.Keikutsertaan beliau adalah karena sekolah yang beliau pimpin kebetulan mendapat bantuan subsidi dari pemerintah.
Dan sore itu,tepat pukul 18.30,saat dimulainya acara berita daerah,berkumpullah kami sekeluarga di depan televisi.Jangan dibayangkan pesawat televisi jaman dahulu bentuknya seperti pesawat televisi jaman sekarang.Pesawat televisi waktu itu dijual sekalian kotak tvnya.Jadi meskipun cuma berlayar 14 inchi,televisi itu nampak besar dengan kotak kayu yang membungkusnya.Dan benar,setelah seperempat jam lebih kami menunggu,acara yang diikuti ayah saya pun muncul dalam berita.Hanya sepersekian detik wajah beliau muncul di layar televisi,namun itu rupanya tidak mengurangi kegembiraan kami.Setelah itu,kemunculan ayah saya di layar televisi menjadi topik yang tak bosan-bosannya kami bicarakan.Oalah…..dasar wong ndheso….
Ternyata kegembiraan karena masuk televisi bukan cuma milik wong ndheso saja.Belum lama berselang,sebuah pesan pendek masuk di handphone saya,”Sha…..aku masuk tv,jangan lupa tonton si geulis di acara padamu negeri, metro tv tgl 9 nov”.Saya tertawa pendek membacanya,teman saya dengan PD nya menyebut dirinya si geulis.Meski harus diakui,di penghujung usia yang mendekati bilangan 30, teman saya ini tetap cantik dengan tatapan mata yang sangat memikat.Rupanya keaktifannya di kepengurusan sebuah klub kendaraan bermotorlah yang membawanya ke acara tersebut.Entah karena lupa atau karena pada waktu itu masih suasana silaturahmi lebaran ke sanak saudara,yang jelas malam itu saya tidak sempat menyaksikan acara tersebut.Untungnya teman saya tidak lagi menanyakan,apakah saya menyaksikan acara tersebut atau tidak.
Banyak tujuan masuk televisi.Ada yang sekedar untuk kegembiraan ,seperti teman saya tadi.Namun ada juga yang masuk televisi memang diniatkan untuk mencapai target-target tertentu.
Ada hal yang membuat hati trenyuh.Dalam sebuah acara “Asal”,acara yang menampilkan orang yang mempunyai kemiripan dengan artis atau tokoh tertentu,tampillah seorang petani miskin dari sebuah daerah Jawa Tengah.Petani tersebut mempunyai kemiripan wajah dengan pedangdut senior Meggi Z.Ketika presenter menanyakan motivasinya masuk “Asal”,petani itu menjawab bahwa motivasinya adalah ingin terkenal dan meningkatkan taraf hidupnya.Sama juga dengan seorang wanita tuna netra yang mengikuti ajang kontes penggila dangdut yang diadakan salah satu stasiun televisi swasta,motif yang kurang lebih sama dengan bapak petani pun dia kemukakan.
Sangat manusiawi dan sangat wajar setiap orang mempunyai cita-cita dan memelihara harapan.Televisi memang telah menciptakan sebuah dunia yang sangat menggiurkan karena keglamourannya.Televisi juga telah menebarkan jaring pemikat akan mudahnya mencari uang.Maka kalau bapak petani pun sampai mengikuti sebuah kontes di televisi,itu karena daya pikat dari televisi yang luar biasa.Ketenaran,kemewahan,limpahan materi begitu indah menghiasi layar kaca kita setiap hari.Indonesia yang kaya raya ternyata ada di televisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar