Orang Yunani adalah perokok kelas berat dengan membakar dan mengisap hingga 3 ribu batang rokok per orang, orang-orang Yunani mengalahkan orang-orang dari seluruh negara di dunia dalam hal konsumsi rokok sepanjang tahun lalu. Itulah hasil kajian dari sebuah lembaga riset pemasaran ERC yang dikutip situs The Economist Senin 12 Mei 2008.
Di bawah orang-orang Yunani adalah orang-orang dari Ukraina dan Slovenia yang tercatat mengonsumsi hingga lebih 2.500 batang rokok, orang-orang Rusia dengan 2.400-an batang rokok di urutan keenam, orang-orang Spanyol di urutan kesembilan dengan tingkat konsumsi sekitar 2.300-an dan orang-orang Jepang dengan 2 ribuan batang rokok pada urutan 13. Kombinasi antara tekanan publik, kesehatan dan cukai tinggi, oleh riset tersebut disebut telah menyebabkan turunnya konsumsi rokok pada orang-orang di sejumlah negara maju, kecuali hanya terjadi di Jepang dan Spanyol.
Meskipun demikian tingkat konsumsi rokok orang-orang Amerika Serikat masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan tingkat konsumsi rokok orang-orang Kuba. Di Amerika, setiap orang rata-rata menghabiskan hingga 1.200-an batang rokok pada tahun lalu, sementara orang-orang Kuba yang penghasil cerutu membakar 1.000 batang rokok.
Situs The Economist tak menyebutkan posisi orang Indonesia dalam soal membakar rokok itu. Namun besar kemungkinan orang-orang Indonesia tetap masuk dalam 10 besar sebagai pengonsumsi rokok terbanyak di Indonesia seperti yang terjadi pada dua tahun terakhir. Menurut Jaringan Masyarakat Sipil Indonesia Melawan Bahaya Tembakau, pada 2006, terdapat sekitar 62 juta perokok di Indonesia dengan konsumsi rokok mencapai 215 miliar batang. Tahun lalu, jumlah konsumsi rokok orang Indonesia sudah meningkat hingga 237 batang. Jika angka dan hitungan benar, maka konsumsi rokok dari orang-orang Indonesia mencapai sekitar 3.822 batang per orang atau melampaui konsumsi rokok dari orang-orang Yunani.
Menurut Yudi Rizard dari PT HM Sampoerna, rencana kenaikan harga BBM oleh pemerintah memang akan membuat sektor industri rokok ikut terkena dampaknya tapi pengaruhnya tidak besar kecuali hanya perubahan pola konsumsi rokok. “Dari biasanya membeli satu bungkus, sekarang orang membeli eceran. Kalau terjadi penurunan pasar, rasanya tidak ada,” kata Yudi seperti dikutip Banjarmasin Post edisi 7 Mei 2008. posted 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar