l
[ Kamis, 04 Desember 2008 ]
Miss University = Pasar Hewan
LONDON - Antusiasme ratusan mahasiswa Inggris untuk mengikuti kontes kecantikan Miss University London 2008 terganjal protes. Seperti dilaporkan Daily Mail, kalangan yang tak setuju menganggap kontes tersebut merendahkan martabat wanita. Sebab, para peserta diperlakukan tak ubahnya binatang.
"Kontes ini tak ubahnya seperti pasar hewan. Contohnya ada kriteria pengukuran pinggang dan payudara para peserta. Saya datang dari pedesaan dan tahu persis apa yang terjadi pada hewan ternak di pasar hewan," papar Elly James, perwakilan serikat School of Oriental and African Studies (SOAS).
Karena itu, para pengunjuk rasa menuntut penyelenggara segera menghentikan kontes ratu ayu tersebut. Para demonstran yang berasal dari beberapa kampus di London itu menilai, kontes tersebut menjadi identik dengan karakter wanita jahat dan tidak bermoral. Apalagi, pada sesi pengukuran bagian tubuh untuk mencari yang paling ideal.
Akhir pekan lalu, para pengunjuk rasa menggelar aksinya di pusat hiburan London sebelah barat. Para aktivis London School of Economics, School of Oriental and African Studies, Queen Mary College dan Regent's College itu menduduki Maddox dan Crystal Club. "Kontes semacam ini harus dihapuskan untuk selama-lamanya," tandas Ruby Buckley dari serikat mahasiswa London School of Economics (LSE).
Dia juga menegaskan bahwa mahasiswa datang ke kampus untuk menuntut ilmu dan mendapatkan kepandaian. "Kami datang untuk mengukur kemampuan intelektual kami, bukan untuk dinilai secara fisik," serunya.
Menurut dia, kontes kecantikan justru membuat nama dan reputasi lembaga pendidikan tercemar. Apalagi, kontes itu semata-mata hanya mengekspos sisi-sisi fisik wanita yang menonjol.
Kontes yang disponsori 121 Entertainment itu, sebenarnya, sama sekali tidak ada hubungannya dengan urusan kampus. Tapi, pemakaian kata university dalam perhelatan tahunan tersebut membuat civitas akademika kampus-kampus London berang.
Pada seleksi tahap pertama, tidak kurang dari 400 mahasiswi London sudah mendaftarkan diri. Selanjutnya, mereka akan melewati serangkaian audisi untuk mendapatkan mereka yang berhak masuk 15 besar.
Kendati ditentang banyak pihak, penyelenggara dan para peserta tetap bersikukuh melanjutkan kontes yang puncaknya akan dihelat Februari mendatang itu. Menurut Christian Emile, pendiri 121 Entertainment, Miss University 2008 adalah ajang kontes yang positif.
"Kelompok feminis kampus menganggap ajang ini melecehkan perempuan. Tapi, mereka salah," ujarnya.
Senada dengan Emile, Keelin Gavaghan pun menganggap sikap sebagian kecil penghuni kampus itu salah. "Tidak ada yang salah dengan tampil glamor. Kami tidak menjual diri," ujar mahasiswi 19 tahun, salah satu peserta kontes.
Sementara, pejabat LSE lebih memilih untuk tidak terlibat dalam perseteruan tersebut. Mereka menyerahkan sepenuhnya urusan tersebut kepada para mahasiswa dan peserta. (hep/ttg)
jawapos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar