Senin, 15 Februari 2010

Tokek Penyembuh AIDS Dihargai Rp 300 Juta !


Percaya atau tidak, binatang melata toke, berharga ratusan juta rupiah. Belakangan ini, masyarakat Kab Purwakarta, dan Karawang, Jawa Barat, banyak berburu toke. Konon, para taipan atau cukong menghargai satu toke seberat 3 sampai 4 ons dengan harga Rp 300 juta.

” Awalnya, saya menganggap mimpi disiang bolong. Tapi, setelah bertemu dengan pemuda asal Karawang yang berhasil menemukan toke seberat 4 ons seukuran empat jari tangan dewasa lalu menjualnya ke seorang taipan Rp 300 juta. Pemuda itu membeli rumah dan motor Tiger, saya akhir percaya lalu ikut melakukan pencarian hingga pantai selatan Jawa Barat,” ujar Dodi, 38, satu warga Purwakarta, kepada Pos Kota.

Memang, diakuinya, tak mudah mendapatkan toke besar karena tergolong langka. Tapi, tak menyurutkan langkahnya memburu toke hingga ke makam keramat dan hutan belantara. Pasalnya, keberadaan toke raksasa tersebut tak lepas dari urusan mistik. ” Konon tak semua toke ‘raksasa’ hinggap dirumah rumah warga. Hanya orang beruntung yang didiami toke dirumahnya,” ungkapnya.

Menurutnya, para taipan itu membeli toke ‘raksasa’ untuk dibikin ramuan obat, di antaranya buat penyembuh penyakit mematikan yang di negeri ini belum ada obatnya yakni HIV AIDS. Katanya sih buat obat HIV/AIDS,” ucapnya pendek.

Pos Kota sempat merekam dari para pemburu toke, selain dipakai buat obat, toke ‘raksasa’ juga dijadikan buat wadal atau sarat untuk menarik uang dalam jumlah banyak. ” Seperti uang ghaib gitu. Ritual itu memang membutuhkan wadal, ya toke besar itulah,” ujar satu sumber Pos Kota.

Ustadz Agus, seorang pemuka agama, menyatakan, maraknya pemburuan toke ‘raksasa’ sebuah pertanda masyarakat di negeri ini banyak yang ’sakit’, terutama jiwa. Hal tersebut, kata Agus, ditimbulkan akibat pendangkalan akidah dan keimanan yang terus tergerus sehingga mudah menuruti kata hati sekalipun irasional. ” Seperti toke dihargai ratusan juta. Ini sangat tidak mungkin,” tegasnya.

Celakanya, lanjut Agus, mereka yang menjadi ‘korban’ adalah masyarakat miskin (wong cilik) yang terus menerus didera kesulitan, sehingga bermimpi menjadi orang kaya. ” Kaum miskin dan pengangguran ‘bermimpi’ kaya lewat cara yang irasional , yang kemungkinan besar banyak terjerat dengan isu tersebut,” pungkasnya. dadan/ir/pos kota

Tidak ada komentar:

Posting Komentar