Senin, 07 Juli 2008

Usia 73 tahun Baru Masuk SD

Saeng Sa-ngawong saat belajar
Saeng Sa-ngawong saat belajar
Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Ungkapan ini tepat menggambarkan apa yang dilakukan Saeng Sa-ngawong. Betapa tidak, pada usia senjanya, dia tidak patah arang mengejar cita-citanya untuk belajar membaca dan menulis.

Nenek 73 tahun itu setiap hari harus sekolah di Wat Dong Pa Miang, Chiang Rai, distrik Muang, Thailand.

Sebetulnya, saat berusia delapan tahun, Saeng bersekolah. Tapi, saat itu dia hanya bertahan sebulan karena orang tuanya tidak punya uang untuk membelikannya seragam sekolah.

"Saya ingin mewujudkan impian saya," kata Saeng seperti dirilis Bangkok Post, Minggu,6/7-2008.

Untuk itu, Saeng tidak malu bergabung bersama teman-teman kecilnya. Di dalam kelas, dia beraktivitas seperti murid-murid lain. Misalnya, menulis dalam huruf Thailand dan melafalkannya dengan benar.

Bahkan, pada 19 Juni lalu, Saeng yang duduk di kelas 2 juga mengikuti ritual khusus untuk menghormati para guru. Padahal, kebanyakan para guru itu jauh lebih muda.

Selama prosesi tersebut, seorang siswa kelas 6 memberinya seikat bunga dan lilin. Saat dia mendaftar pada November lalu, guru dan siswa sekolah itu juga menyambutnya dengan antusias.

Masih mampu menulis dengan baik
Masih mampu menulis dengan baik
Perbedaan Saeng dengan murid lain hanya "seragam" yang dipakai plus kursinya yang jauh lebih besar daripada kursi murid lain. Teman-teman sekelasnya pun menyapa Saeng dengan sebutan nenek.

"Nenek selalu memberi kami pencuci mulut," ujar Natapong Manowan, 8, salah seorang teman sekelas Saeng.

Tak jarang, Natapong menjadi guru privat si nenek. Saeng memang hanya belajar bahasa Thailand. Saat siswa lain belajar mata pelajaran lain, dia belajar membaca dan menulis.

"Tapi, nenek juga melakukan aktivitas sekolah, termasuk membersihkan kelas," tutur Wiparat Chumanong, guru di kelas itu.

Menurut Chumanong, Saeng menjadi panutan dan memberikan pengaruh positif bagi siswa lain. Sebab, dia menunjukkan karakter pekerja keras dan sopan.

Saeng sadar bahwa dirinya di sekolah itu menarik perhatian. Betapa tidak, tak seperti siswa lain yang membawa tas sekolah, dia membawa keranjang.

Saeng Sa-ngawong berjalan ke sekolah.
Saeng Sa-ngawong berjalan ke sekolah.

Di dalamnya terdapat buku pelajaran, bekal makan siang, dan penutup mulut. Dia juga membawa obat untuk mengatasi tekanan darah tingginya plus balsam.

"Saya tidak peduli apa kata orang-orang. Saya hanya ingin belajar membaca dan menulis huruf Thailand. Saya ingin paham bahasa Pali," tutur Saeng. Pali adalah bahasa India yang dipakai dalam kitab dan doa-doa Buddha.

Alasan lainnya, Saeng tidak ingin kesepian. Sejak suaminya meninggal, Saeng memang sendirian di rumah. Pasalnya, anak-anaknya sudah menikah dan tinggal dengan keluarga masing-masing. (rileks)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar