Kamis, 03 April 2008

Bank Terbesar Malaysia Kuasai BII

Usaha sektor perbankan di tanah air masih diminati investor asing. Buktinya, Malayan Banking Berhad (Maybank) resmi mengambil-alih kendali PT Bank International Indonesia (BII) Tbk kemarin (26/3). Bank terbesar di Malaysia itu membeli 56,8 persen saham milik konsorsium Sorak Financial Holdings Pte Ltd di PT Bank International Indonesia (BII) Tbk senilai USD 1,5 miliar (sekitar Rp 13,65 triliun). Maybank akan melakukan tender offer (penawaran tender) untuk membeli sisa saham sehingga menjadi pemilik 100 persen. Total dana yang disiapkan USD 2,7 miliar (sekitar Rp 24,57 triliun).

"Kami sangat gembira atas hasil ini. Akuisisi itu akan memberi nilai yang signifikan bagi BII," ujar Pjs CEO Maybank Aminuddin Md Desa dalam siaran persnya kepada Jawa Pos kemarin.

Menurut manajemen Maybank, proses akuisisi sudah memasuki tahap conditional sale and purchase agreement (CSPA). Harga USD 1,5 miliar adalah kesepakatan di antara kedua belah pihak. Dengan kesepakatan tersebut, Maybank menyingkirkan dua rival asal Tiongkok yang juga ingin masuk. Yakni, Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) dan China Construction Bank (CBC).

Dengan harga USD 1,5 miliar, Temasek lewat Fullerton Finnacial Holdings dan Kookmin Bank -dua anggota konsorsium Sorak Financial Holdings-- menangguk keuntungan berlipat-lipat dari harga pembelian BII dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pada 2003.

Saat itu, konsorsium Sorak membeli 51 persen saham BII seharga Rp 1,9 triliun. BPPN juga menjual melalui market placement sebesar 20 persen sehingga total yang diterima BPPN mencapai Rp 2,67 triliun.

Setelah transaksi CSPA tuntas, Maybank akan melakukan tender offer atas saham BII yang dimiliki investor lain di luar konsorsium Sorak.

"Akuisisi ini memberi landasan bagi kami untuk mengapitalisasi peluang pertumbuhan dengan risiko terbatas dan bergabung dengan basis fundamental yang kuat dari perekonomian Indonesia. Saat ini tim manajemen cukup berpengalaman sehingga sejalan dengan aspirasi dan kehadiran Maybank di Indonesia," tutur Aminuddin.

Bank Negara Malaysia (bank sentral Malaysia) sudah menyetujui akuisisi tersebut. Kesepakatan itu tinggal menunggu persetujuan dari Bank Indonesia (BI) dan para pemegang saham Maybank.

Maybank telah menunjuk Aseambankers dan BNP Paribas sebagai penasihat. Proses akuisisi diharapkan rampung dalam waktu enam bulan mendatang.

Direktur Perizinan dan Informasi Perbankan BI Yang Ahmad Rizal mengaku belum menerima pengajuan izin akuisisi dari Maybank. "Sejauh ini Direktorat Perizinan belum menerima sama sekali," katanya.

Secara terpisah, Direktur Fullerton Financial Holdings Tow Heng Tan mengungkapkan, Maybank adalah lembaga keuangan yang memiliki rekam jejak baik di Malaysia. "Kami optimistis BII bakal dapat tumbuh dan berkembang," kata Tow.

Wakil Presdir BII Sukatmo Padmosukarso juga merespons positif masuknya Maybank menjadi pemegang saham pengendali (SPP). Dia mengaku telah menerima surat pemberitahuan resmi dari FFH selaku pemilik lama.

"Kami selalu berpikir positif. Pembelian Maybank atas saham Fullerton sudah diterima melalui surat resmi. Saat ini seluruh manajemen BII tetap bekerja seperti biasa," kata Sukatmo kemarin.

Dengan beralihnya BII ke Maybank, konfigurasi kepemilikan asing di perbankan nasional tetap tidak berubah. Asing tetap mendominasi kepemilikan saham atas bank-bank swasta nasional.

Misalnya, meskipun sudah melepaskan kendali atas BII, Temasek masih memiliki saham di Bank Danamon. Perusahaan milik pemerintah Singapura tersebut menguasai Danamon melalui Fullerton Financial Holding di Konsorsium Asia Financial Holdings. Konsorsium ini memiliki 68,05 persen saham di Danamon.

Investor asing lain, Khasanah Berhad Malaysia, memegang kendali Bank Niaga melalui Bumiputra - Commerce Holdings Berhad sebesar 48 persen. Khasanah juga menguasai saham LippoBank sebesar 86,52 persen. Selain itu, OCBC Singapura menguasai 72,4 persen Bank NISP. Berikutnya, Standard Chartered Bank menguasai Bank Permata dengan kepemilikan 44,5 persen.

Asing juga mendominasi kepemilikan di bank-bank dengan aset lebih kecil. Hana Bank, bank asal Korea, mengakuisisi Bank Bintang Manunggal yang kini berganti nama menjadi Bank Hana. Kemudian, Commonwealth Bank mengakuisisi Bank Arta Niaga Kencana (ANK). (sof/aan/dwi)
www.jawapos.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar