Kamis, 15 Mei 2008

Sir Alex Ferguson , Sang Legenda MU


Ketika bola nasib bergulir di lapangan hijau, sosok Sir Alex Ferguson menyambutnya dengan tangan terbuka. Hasilnya, ia menuai kemenangan bersama anak asuhannya saat Manchester United menekuk Chelsea 6-5 dalam drama adu penalti laga final Liga Champions yang diadakan di Luzhniki, Moskow, pada Rabu waktu setempat (Kamis WIB).

Manchester United kini berhak memboyong trofi Liga Champions, lambang supremasi sepakbola Eropa. Jika saja sepakbola dibuat sebuah rumusan, maka tampil sebagai juara perlu memperhitungkan faktor nasib. Orang kerap bilang, Dewi Fortuna perlu hinggap di kubu mereka yang memetik kemenangan.

Sukses itu seakan "membayar" peristiwa memilukan lima puluh tahun lalu ketika tim MU mengalami kecelakaan pesawat terbang di Munich. Hanya Sir Bobby Charlton yang selamat dari kecelakaan itu.

Di stadion Luzhniki, ia berjalan di depan untuk menerima medali kemenangan. Dan MU juga boleh berbangga karena Ryan Giggs memecahkan rekor 759 kali berlaga membela panji MU, demikian diwartakan dari situs uefa.com.

"Nasib baik telah berpihak kepada kami. Meski John Terry terpeleset saat mengambil tendangan penalti. Ini juga sedikit nasib baik. Saya merasa bahwa kami beroleh hasil optimal dalam menjalani musim kompetisi ini. Tambahan dengan penampilan dari Giggs yang mampu mencetak gol ketika melawan Wigan (Athletic untuk mengokohkan diri sebagai juara Liga Premier). Kami bangga karena orang berharap dapat beroleh kemenangan yang sulit dicapai. Perlu kerja keras untuk meraih sukses."

"Salah satu hal yang relatif sulit ketika harus mencari pengganti (Peter) Schmeichel tiga tahun lalu. Nyatanya kami mendapat pengantinya yakni Van der Sar yang terus tampil memukau," kata Ferguson. "Kemenangan ini begitu membanggakan. Malam ini seakan tidak ada lagi musibah. Hanya dengan berbekal pengalaman dan kesabaran, kami memperoleh sukses dengan menjadi juara."

"Saya merasa bangga, sangat bangga. Ini hasil yang telah kami capai. Esok pagi, kami akan berpikir untuk musim kompetisi mendatang. Eforia kemenangan begitu melekat. Van der Sar mampu unggul melewati momen penting dari penalti. Inilah momen, inilah eforia yang telah saya nantikan lama."

Manajer MU itu juag memuji penampilan dari veteran Giggs dan Scholes yang mengenyam kegagalan pada laga final 1999. "Kemenangan ini menghapus kenangan pahit yang dialami oleh (Scholes) sekarang," kata Ferguson.

"Ia telah meraih apa yang dicita-citakan pada 1999, yakni medali kemenangan. Giggs dan (Gary) Neville telah lama berada di tim ini. Mereka paham betul makna dari sepakbola profesional. Mereka tahu apa artinya Manchester United. Dengan demikian, anda harus bangga dengan hasil ini."

Sementara itu, manajer Chelsea Avram Grant tampak menerima kekalahan ini dengan keteguhan hati. "Rasanya sulit menerima kekalahan, apalagi lewat adu penalti.

Lepas dari 30 menit selama laga berlangsung, kami mampu menguasai jalannaya pertandingan. Penalti adalah penalti. John Terry tampak demikian terpukul, sangat sedih. Ia tak kuasa menangis. Meski kami masih memerlukan dirinya sebagai kapten kesebelasan. Ia terbilang pemain fantastis. Saya bangga, saya sangat bangga setelah melihat permainan kami. Semangat kami demikian menggebu, kualitas permainan demikian baik."

Bola nasib akhirnya mengalir ke Ferguson, dan menjauh dari Grant. Untuk kali ini, untuk laga Liga Champions. (*) antara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar